Minggu, 15 Juni 2008

SEDIKIT PERAYAAN UNTUK NURANI

Aku tahu bahwa ikatan cinta sebenarnya hanyalah merupakan sebuah hubungan yang mengikat dua individu berbeda. Bahwa ikatan cinta tidak akan pernah menjadikan dua individu yang terlahir dari lingkungan berbeda, menjadi dua sosok individu yang berkarakter identik. Tidak… tidak… ikatan cinta tidak akan pernah dan tidak seyogyanya diasumsikan seharusnya, mengubah dua berbeda menjadi satu. Berkarakter mirip pun tidak.

Aku tetaplah aku. Seperti halnya kamu tetaplah kamu. Kalau pun aku mencintaimu atau kamu mencintaiku, itu hanya perasaan kita yang bertemu. Atas dasar rasa itu, lalu baik aku ataupun kamu barulah seyogyanya berusaha mengerti seperti apa aku, seperti apa kamu, di dalam diri setiap kita masing-masing. Jika saja manusia tidak terlahir satu paket dengan ‘ego’ mungkin semua akan jadi lebih mudah bagi masing-masing ‘aku’ serta masing-masing ‘kamu’ untuk terus menerus berusaha mengerti karakter satu sama lain.

Rasanya cukup mudah untuk mengamalkan sebuah kalimat yang kudengar dari sebuah film, bahwa “Cinta itu memberi dan mengerti tanpa pernah berharap untuk diberi dan dimengerti”. Nyatanya? Ego seringkali menjadi kabut bagi hati untuk melihat dan memaknai lebih jauh, hingga seringkali menjadikan perasaan cinta sebagai sesuatu yang harus diberi dan dimengerti oleh setiap manusia yang mencintai.

Benar adanya bahwa kesabaran itu berbatas, tapi adakah ego yang menjadi batasnya? Jawaban hati ketika bijak pasti mengatakan bukan itu seharusnya, tapi inilah realita yang seringkali membatasi antara ke-tahu-an dengan ke-mau-an.

BY:ALIF AKBAR FITRAWAN (04)

Tidak ada komentar: