Minggu, 15 Juni 2008

Humanisme



Humanisme adalah paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria segala sesuatu. Dengan kata lain, humanisme menjadikan tabiat manusia beserta batas-batas dan kecenderungan alamiah manusia sebagai obyek. Manusia jadi berpendidikan dan berbeda dengan semua binatang. Pemujaan kepada kebebasan adalah salah satu tema terpenting yang menjadi pusat perhatian kaum humanis. Namun, kebebasan yang mereka maksud ialah kebebasan yang bisa diterapkan di alam natural dan di tengah masyarakat. Di mata kaum humanis, naturalisme berarti bahwa manusia adalah bagian dari alam dan alam itu sendiri adalah habitat manusia. Struktur manusia berasal dari alam, dan struktur yang dimaksud ialah jasmani, indera, dan berbagai keperluan dimana manusia tidak bisa memisahkan dirinya dari faktor-faktor natural atau mengabaikannya. Karena manusia memiliki akal. Inilah yang akan saya kaitkan dengan fenomena keseharian saya. Akan tetapi saya belum tahu, apakah saya mengunakan gaya deduktif atau induktif.??? Humanisme ini dikemukakan oleh yang dikemukakan oleh Gianozo Manetti (1348-1459), Marsilo Vicino (1433-99M), dan Pico Della Mirandola.

Menarik sekali untuk mengamati secara lebih jauh beberapa kecenderungan tematik cerpen-cerpen Indonesia terkini. Pada cerpen-cerpen Djenar Maesa Ayu, misalnya, tampak menonjol tema-tema seksual dengan semangat pemberontakan terhadap moralitas tradisional dan batasan-batasan ketabuan. Cerpen-cerpen Djenar umumnya berada dalam mainstream yang sama dengan novel-novel Ayu Utami. Mereka mengusung feminisme untuk 'membongkar' norma-norma sosial yang dianggap kaku, dan dengan enteng mereka berbicara tentang 'wilayah-wilayah lokal' -- sejak payudara hingga kelamin. Mainstream lain yang juga kuat adalah fenomena cerpen-cerpen Islami, yang mengangkat tema-tema moralitas dan ajaran agama (Islam), seperti tampak pada cerpen-cerpen Helvy Tiana Rosa, Abidah el Khalieqy, Asma Nadia, Gola Gong, Pipiet Senja, Irwan Kelana, dan hampir semua cerpen karya anggota FLP yang jumlahnya mencapai 5000 lebih. Kemunculan mainstream fiksi Islami seperti sengaja mengimbangi kecenderungan fiksi seksual yang dirambah oleh Ayu Utami dkk. Namun, tidak seperti fiksi-fiksi seksual yang banyak diperbincangkan para kritisi sastra, fiksi-fiksi Islami tidak begitu banyak diperbincangkan di ranah kritik sastra. Meskipun begitu, terutama karena daya tarik pasarnya, kecenderungan fiksi Islami memiliki lebih banyak pengikut, termasuk mereka yang semula bukan penulis fiksi Islami.

Tidak ada komentar: